Bacaan, Waktu Luang

Puisi Kahlil Gibran Tentang Kerja, Cinta yang Kasat Mata

Jadipunya.id – Puisi Kahlil Gibran ada dalam banyak tema. Dari cinta, persahabatan hingga keluarga. Tapi dalam buku Almustafa, esai puisi Kahlil Gibran menjawab tentang kehidupan.

Almustafa adalah terjemahan bahasa Indonesia untuk mahakarya Kahlil Gibran (1883-1931) yang berjudul The Prophet, terbit pertama kali pada 1923. Diterjemahkan secara indah oleh Sapardi Djoko Damono (1940-2020).

Almusatafa, tokoh utama dalam buku ini, menunggu sebuah kapal yang akan mengantarkannya kembali ke negerinya. Saat menunggu itulah ia mendapatkan pertanyaan-pertanyaan tentang misteri kehidupan dari penduduk kota. Almustafa menjawab dengan wejangan yang mencerahkan pendengarnya.

Salah satu wejangannya membahas tentang kerja. Apa itu kerja? Kenapa harus bekerja? Apa pentingnya kerja? Untuk siapa kita bekerja? Apa itu bekerja dengan cinta?


Puisi Kahlil Gibran tentang Kerja, dalam Almustafa

Bicaralah pada kami tentang kerja.

Kau bekerja agar bisa mengikuti langkah bumi dan jiwa bumi.

Sebab, jika menganggur saja kau akan menjadi asing dalam segala musim, dan melangkah keluar dari perjalanan kehidupan, yang bergerak maju dalam penyerahan diri yang gagah dan bangga terhadap yang tidak terbatas.

Ketika kau bekerja, kau adalah seruling yang jiwanya dilewati saat-saat yang berubah menjadi nyanyian.

Siapa di antara kamu yang mau menjadi ilalang, bisu dan diam saja, sementara segalanya melagukan nyanyian bersama-sama?

Selalu saja dikatakan kepadamu bahwa kerja adalah kutukan dan menjadi buruh adalah kemalangan.

Namun, kukatakan kepadamu bahwa kalau kau bekerja, kau memenuhi sebagian dari mimpi terjauh dari bumi, yang dibebankan kepadamu ketika mimpimu lahir.

Dan, dengan tetap bekerja kau mencintai kehidupan sebenar-benarnya.

Dan, mencintai kehidupan dengan kerja berarti menjadi akrab dengan rahasia hidup yang paling dalam.

Namun, jika dalam rasa nyerimu kau sebut bahwa kelahiran adalah penderitaan, dan segala yang badaniah sebagai kutukan yang digariskan di keningmu, maka kujawab bahwa hanya keringat di keningmulah yang akan mampu menyeka apa yang tergoreskan.

Kau pun diberi tahu bahwa kehidupan adalah kegelapan, dan dalam keletihanmu kau menggemakan apa yang dikatakan oleh yang letih.

Dan, kukatakan bahwa sebenarnyalah hidup itu kegelapan, kecuali jika ada keinginan.

Dan, segala keinginan itu buta semata jika tanpa pengetahuan.

Dan, segala pengetahuan akan sia-sia jika tidak ada kerja.

Dan, segala kerja kosong belaka jika tanpa cinta.

Dan, jika kau bekerja dengan penuh cinta, kau mengikatkan diri kepada dirimu sendiri, kepada orang lain, dan kepada Tuhan

***

Dan, apakah kerja dengan penuh cinta itu?

Adalah menenun kain dengan benang-benang yang diambil dari hatimu karena yang kau kasihi akan mengenakan kain itu.

Adalah membangun rumah dengan tulus karena yang kau kasihi akan menghuni rumah itu.

Adalah menyebar bibit dengan penuh kelembutan dan memanen dengan penuh kegembiraan karena yang kau kasihi akan memakan buah itu.

Adalah mengubah segala sesuatu dengan helaan napas jiwamu sendiri, dan mengetahui bahwa yang sudah mati dan diberkahi berdiri di sekitarmu menyaksikan semua itu.

Sering kudengar kau berkata, seperti mengigau, “Ia yang memahat pualam, dan menciptakan ujud jiwanya sendiri dalam batu ini, adalah lebih mulia daripada yang menggarap tanah.

Dan, ia yang menangkap bianglala untuk dicoretkan di kain dalam bentuk manusia, lebih mulia daripada yang membuat sandal alas kaki kita.”

Namun, aku berkata, tidak dalam igauan, tetapi ketika sepenuhnya terjaga pada tengah hari, bahwa angin tidak berbicara lebih indah kepada pohon ara raksasa daripada kepada daun ilalang yang paling kecil.

Dan, agunglah dia yang mengubah suara angin menjadi nyanyian yang semakin indah oleh cintanya sendiri.

Kerja adalah cinta yang kasat mata.

Dan, jika kau tidak bisa bekerja dengan cinta, tetapi hanya dengan kebencian, lebih baik kau tinggalkan saja kerjamu dan duduk di gerbang rumah suci, dan menerima sedekah dari mereka yang bekerja dengan gembira.

Sebab, jika kau memanggang roti dengan acuh tak acuh, kau hanya akan memenuhi separuh dari rasa lapar manusia.

Dan, jika kau menggerutu ketika menggilas anggur, gerutumu akan menyuling racun ke dalam anggur.

Dan, jika kau menyanyi bagaikan malaikat, tetapi tidak menyukai nyanyian itu, kau hanya akan menyumpal telinga manusia sehingga tidak bisa mendengar suara siang dan suara malam.

(hal. 28-32)


***

Baca Juga: Orang-Orang Bloomington, Buku Kumpulan Cerpen yang Perlu Dibaca

Judul: Almustafa
(diterjemahkan dari The Prophet)
Penulis: Kahlil Gibran
Penerjemah: Sapardi Djoko Damono
Halaman: viii + 120 hlm.; 18 cm
Penerbit: Bentang Pustaka, Yogyakarta, 2017

puisi kahlil gibran almustafa

“Kerja adalah cinta yang kasat mata.”

Baca juga: Puisi Kahlil Gibran Tentang Anak: Anakmu Bukanlah Anakmu

Salut dan tabik untuk siapapun yang menjalani pekerjaannya dengan sepenuh hati.

Gimana, jadi punya khazanah wawasan baru kan?

Oleh: Ryan Prasetia Budiman