Bacaan, Waktu Luang

Ketahui 3 Konsep Penting dari Buku Thinking Fast and Slow

Jadipunya.id – Salah satu buku yang selesai kami baca pada tahun 2020 adalah Thinking Fast and Slow karya Daniel Kahneman. Sebenarnya buku ini sudah mulai dibaca sejak tahun 2016, tapi bacanya tidak pernah lewat dari bagian dua. Untunglah proses baca kali ini bisa kami selesaikan.

Bagi kami, membaca buku Thinking Fast and Slow ini bukan perkara mudah. Selain halamannya yang tebal, bahasannya pun membuat dahi berkerut. Apa lagi godaan menonton film streaming selalu ada.

Buku yang pertama kali terbit pada 2011 ini adalah salah satu buku paling populer yang membahas tentang behavioral economics. Penulisnya, Daniel Kahneman, adalah seorang psikolog yang menerima hadiah Nobel dalam bidang ekonomi.

Di bawah ini adalah 3 hal dari buku Thinking Fast and Slow yang menurut kami penting:

1. Otak kita berpikir dalam Dua Sistem. Sistem 1 yang Cepat dan Naluriah dan Sistem 2 yang Lambat tapi Analitis

System 1 and system 1 dalam buku Thinking Fast and Slow
Sumber: Medium

Sistem 1 beroperasi secara otomatis dan cepat, dan biasanya dengan tanpa usaha. Sistem 1 mempelajari hubungan antar gagasan yang sudah terekam dalam ingatan. Misal, apa ibukota Jakarta? Tanpa berpikir, karena kita sudah banyak tahu sebelumnya, secara cepat kita akan menjawab Jakarta.

Sistem 2 memberi perhatian terhadap aktivitas mental yang membutuhkan usaha. Misalnya pada perhitungan yang rumit: 19×18=? Berbagai operasi sistem 2 punya satu kesamaan ciri, yaitu semuanya butuh perhatian dan biasanya akan terganggu jika perhatian teralihkan.

Dalam keseharian, kebanyakan orang biasanya lebih nyaman menggunakan Sistem 1. Ini contohnya, coba ingat jawaban langsung kamu ketika membaca ini:

Total harga Nasi Goreng dan Es Teh adalah 11 ribu.
Harga Nasi Goreng lebih mahal 10 ribu daripada Es Teh.
Berapa harga Es Teh?

Jika kamu seperti kebanyakan orang, kamu pasti akan menjawab harga teh adalah seribu. Padahal, yang benar adalah lima ratus. Kenapa? Karena Sistem 1 bekerja secara naluriah, dan menghasilkan jawaban yang hanya ‘cukup masuk akal’. Hanya ketika kamu pikirkan lagi pertanyaannya dan pelan-pelan mulai menganalisis (ini adalah Sistem 2), kamu akan mengerti kenapa jawabannya adalah lima ratus.

2. Kemudahan Kognitif (Cognitive Ease)

Orang sangat menyukai sesuatu yang familiar, mudah dimengerti, dan enak dilihat. Secara psikologis, kebanyakan orang benci ketika merasa kesulitan saat melakukan apa pun. Ini cara kerja otak yang didominasi Sistem 1 yang serba ingin cepat dan tanpa banyak pikir.

Namun bukan berarti otak akan menolak sesuatu yang susah atau tidak familiar. Hanya saja, agar diterima, sesuatu yang susah tersebut perlu dipersepsikan sedemikian rupa agar terlihat familiar sehingga terkesan mudah dicerna.

Kemudahan kognitif adalah bagaimana otak kita ingin memproses informasi berdasarkan persepsi kemudahan daripada kesusahan.

Sederhananya:

Ada produk baru (fakta, gagasan, benda; bisa baik, biasa saja, atau buruk) yang belum dikenal –> karena belum familiar, otak akan menolak –> produk baru diiklankan –> otak mulai familiar –> produk baru makin sering dibicarakan –> otak familiar dengan produk –> otak setuju dan memilih produk baru.

Karena keefektifannya, konsep ini sering digunakan oleh para pemasar dan para otoriter. Daniel Kahneman menjelaskan cara kerjanya dalam bagan di bawah ini:

Kemudahan Kognitif dalam bulu Thinking Fast and Slow
Sebab dan akibat Kemudahan Kognitif. Ilusi yang bisa diprediksi pasti muncul jika suatu pertimbangan didasarkan kepada kesan kemudahan atau kesusahan kognitif.

Untuk memunculkan kemudahan kognitif, cara umumnya adalah: apa pun yang bisa dilakukan untuk mengurangi kesusahan kognitif akan membantu otak menerima.

Satu cara yang andal untuk membuat orang percaya hal-hal yang baru, baik asli atau palsu, adalah pengulangan. Pengulangan bisa menimbulkan keakraban, dan keakraban tidak mudah dibedakan dari kebenaran.

Pengulangan tak harus mengulang seluruh pernyataan fakta atau gagasan agar membuatnya tampak benar. Misal, dalam bukunya Kahneman mencontohkan: orang yang berkali-kali ditunjukkan frasa “suhu tubuh ayam” lebih mungkin menganggap benar pernyataan “suhu tubuh ayam 62 derajat” (atau sembarang angka lain). Keakraban dengan satu frasa dalam pernyataan itu sudah cukup untuk membuat keseluruhan pernyataan terasa akrab.

Cara lain yaitu dengan menulis pesan yang persuasif. Mulai dan maksimalkan dalam hal kemudahan membaca.

Adolf Hitler lahir tahun 1892
Adolf Hitler lahir tahun 1887

Baris pertama yang di-bold lebih besar kemungkinannya dipercaya, meskipun kedua pertanyaan tersebut adalah salah.

Cara lain, jika pesan akan dicetak, gunakan kertas bermutu tinggi untuk kontras maksimal antara huruf dan latar belakang. Jika menggunakan warna, teks yang dicetak dengan warna biru terang atau merah terang lebih dipercaya daripada nuansa hijau, kuning, atau biru pucat.

Cara lainnya, buat pesan sesederhana mungkin agar pesan mudah diingat. Jika bisa, sampaikan gagasan dalam kalimat puitis; gagasan akan lebih mungkin dianggap benar.

Baca Juga: Beberapa ‘Kutipan’ dari Setiap Chapter Buku Thinking Fast and Slow

3. WYSIATI (What You See Is All There Is) / Apa yang Kamu Lihat, Itulah yang Ada

Dari sekian teman yang kami punya, ada satu atau dua orang yang takut pada kucing. Bayangkan, teman tersebut pasti pernah dicakar kucing. Mungkin juga orang terdekatnya yang pernah dicakar atau digigit kucing hingga infeksi. Jadi ketika bertemu kucing, secara otomatis Sistem 1-nya akan memerintahkan tubuh untuk ketakutan kemudian berteriak atau lari.

Dia melihat kucing sebagai hal yang menakutkan. “Kucing = Takut”. Apa yang dia lihat itulah kenyataannya. What he/she See Is All There Is.

Dalam pemasaran, WYSIATI membuktikan kebenaran branding dan awareness campaign. Misal, target audiens kita sedang meneliti suatu masalah untuk dipecahkan. Ketika Googling, produk kita ada di halaman pertama; ketika ber-sosial media, produk kita muncul terus menerus. Maka kemungkinan besar audiens akan menganggap produk kita sebagai solusi yang dicari.

WYSIATI memudahkan tercapainya koherensi dan kemudahan kognitif yang menyebabkan kita menganggap benar suatu pernyataan, WYSIATI menjelaskan mengapa kita bisa berpikir cepat, dan bagaimana kita bisa mengerti informasi tak lengkap dalam dunia yang rumit.

***

Itulah beberapa konsep dari banyaknya pengetahuan dalam buku Thinking Fast and Slow. Meskipun buku ini tebal, jangan takut untuk memulai membacanya. Kamu bisa terapkan metode baca cepat dan bebas untuk mulai baca dari bagian mana pun.

Gimana, jadi punya khazanah wawasan baru kan?

Oleh: Ryan Prasetia Budiman