Kumpulan Peribahasa Indonesia dan Artinya, Lengkap
Kumpulan Peribahasa Indonesia – S
A, B, C, D, E, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, R, S, T, U, Y, Z
“Sabung Akan Induk Ayam (-Akan Itik).” Artinya sangat kecewa (tidak sesuai dengan dugaan semula).
“Sabung Selepas Hari Petang.” Artinya untung-untungan (usaha atau percobaan terakhir): biar kalah sabung selepas hari petang asalkan menang sorak, Peribahasa biar harta habis asal hati senang (puas).
“Sakit Kepala Panjang Rambut, Patah Selera Banyak Makan.” Artinya pura-pura sakit kepala.
“Sakit Menimpa, Sesal Terlambat.” Artinya sesudah terlanjur (terjadi), menyesal tidak ada gunanya.
“Salah Cotok Melantingkan.” Artinya jika berbuat salah, harus mau memperbaikinya.
“Salai Tidak Berapi.” Artinya mengandung (hamil), tetapi tidak bersuami.
“Sama Lebur Sama Binasa.” Artinya bersahabat sehidup semati.
“Sambil Berdendang Biduk Hilir.” Artinya melakukan dua pekerjaan bersama-sama (sekaligus).
“Sambil Berdiang Nasi Masak.” Artinya sekali menggarap suatu tugas, dua tiga maksud sekaligus tercapai.
“Sambil Menyelam Minum Air.” Artinya mengerjakan dua pekerjaan atau lebih dalam waktu yang bersamaan.
“Sambil Menyeruduk (Menyuruk) Galas Lalu.” Artinya sambil bersenang-senang, maksud atau keuntungan tercapai.
“Sampah Itu di Tepi Juga.” Artinya orang yang hina biasanya tidak diindahkan orang.
“Sampai Titik Darah yang Penghabisan.” Artinya sampai meninggal.
“Sampan Ada Pengayuh Tidak.” Artinya hendak melakukan sesuatu, tetapi tidak lengkap syarat-syaratnya.
“Sampan Rompong, Pengayuh Sompek.” Artinya perkara yang tidak dapat diharapkan lagi; harapan hampir musnah.
“Samun Sakar Berdarah Tangan.” Artinya setiap perkara baru boleh diputuskan sesudah cukup bukti dan keterangan.
“Sarak Serasa Hilang, Bercerai Serasa Mati.” Artinya seseorang yang sangat rindu karena perceraian dengan kekasihnya.
“Satu Juga Gendang Berbunyi.” Artinya tidak berubah; selalu sama saja.
“Satu Nyawa, Dua Badan.” Artinya sehidup semati.
“Satu Sangkar Dua Burung.” Artinya dua orang perempuan sama-sama menghendaki seorang laki-laki.
“Sauk (Menyauk) Air Mandikan Diri.” Artinya hidup dengan usahanya sendiri.
“Sauk (Menyauk) Kering-Kering, Membeli Habis-Habis.” Artinya jika menyelidiki (menuntut ilmu dan sebagainya), hendaknya sedalam-dalamnya.
“Sawah Berpematang (Berpiring) Ladang Berbintalak.” Artinya segala sesuatu ada batasnya.
“Sawah Seperempat Piring, ke Sawah Sama dengan Orang.” Artinya orang miskin yang bertingkah laku sebagai orang kaya.
“Sayat Sebelanga Juga.” Artinya meskipun sedikit, dianggap sudah cukup juga.
“Searah Bertukar Jalan.” Artinya sama maksudnya, tetapi berlainan cara mencapainya.
“Sebab Buah Dikenal Pohonnya.” Artinya dari perbuatan atau perangai seseorang dapat diketahui asalnya.
“Sebagai Anai-Anai Bubus.” Artinya berduyun-duyun atau berkerumun banyak sekali.
“Sebagai Aur Dengan Rebung.” Artinya sangat karib (tentang persahabatan).
“Sebagai Ayam Diasak Malam.” Artinya tidak berdaya lagi.
“Sebagai Bisul Hampir Memecah.” Artinya menghadapi suatu kesulitan yang hampir terhindar (hampir teratasi).
“Sebagai Dakwat Dengan Kertas.” Artinya pasangan yang sesuai benar.
“Sebagai di Rumah Induk Bako.” Artinya merasa senang dan aman.
“Sebagai Duri Landak.” Artinya kecil dan runcing (tentang jari).
“Sebagai Garam Dengan Asam.” Artinya sudah sesuai benar (tentang pria dan wanita) dan tentu menjadi jodoh.
“Sebagai Kepiting Batu.” Artinya sangat kikir.
“Sebagai Kera Dapat Canggung.” Artinya merapatkan dirinya kepada orang yang telah memberi pertolongan.
“Sebagai Kunyit Dengan Kapur.” Artinya mudah dan lekas mesra (bercampur, berpadu, bersetuju).
“Sebagai Minyak Dengan Air.” Artinya tidak dapat bersatu (karena bermusuhan dan sebagainya).
“Sebagai Orang Mabuk Gadung.” Artinya rupa seseorang yang lemah dan pucat karena mengidap penyakit.
“Sebagai Pancang Diguncang Arus.” Artinya orang yang tidak tetap pendiriannya.
“Sebagai Petai Sisa Pengait.” Artinya tidak berguna sama sekali.
“Sebagai Sadur Menimbulkan Senam.” Artinya kelihatan keadaan (maksud, tabiat) yang sebenarnya.
“Sebaik-Baiknya Hidup Teraniaya.” Artinya sekali-kali jangan merugikan atau mencelakakan orang lain sekalipun kita dirugikan atau dicelakakannya.
“Sebelum Ajal Berpantang Mati.” Artinya tidak akan mati sebelum sampai waktunya.
“Sebesar-Besarnya Bumi Ditampar Tak Kena.” Artinya perkara yang kelihatannya mudah, tetapi sebenarnya susah menyelesaikan.
“Sebuah Lesung Ada Seekor Ayam Jantannya (Atau Pemimpinnya).” Artinya tiap-tiap kaum ada seorang penghulunya atau seorang cerdik pandainya yang akan melindungi kaum itu dari kejahatan orang lain.
“Sebusuk-busuk Daging Dikincah Dimakan Juga, Seharum-harum Tulang Dibuang.” Artinya jika keluarga berbuat ulah akan dimarahi, tetapi setelah itu diampuni, jika orang lain berbuat salah tidak dimaafkan sedikit pun juga.
“Seciap Bak Ayam, Sedencing Bak Besi.” Artinya seia sekata.
“Secupak Tak Jadi Segantang.” Artinya sesuatu yang tetap dan tidak dapat diubah lagi.
“Sedangkan Bah Kapal Tak Hanyut, Ini Pula Kemarau Panjang.” Artinya sedangkan waktu berpencaharian tidak tercapai maksudnya, apalagi waktu menganggur.
“Sedap Dahulu Pahit Kemudian.” Artinya bersenang-senang dahulu, akhirnya mendapat kesusahan.
“Sedatar Saja Lurah Dengan Bukit.” Artinya menyamaratakan orang; tidak membeda-bedakan kaya atau miskin dan sebagainya.
“Sedepa Jalan ke Muka, Setelempap Jalan ke Belakang.” Artinya (1) maju terus untuk menyampaikan maksud; (2) segala apa pun harus selalu diperhitungkan untung ruginya.
“Sedia Payung Sebelum Hujan.” Artinya bersiap sedia sebelum terjadi yang kurang baik.
“Sedikit Hujan Banyak yang Basah.” Artinya kecelakaan yang kecil membawa akibat yang besar.
“Seekor Kerbau Berkubang, Sekandang Kena Luluknya.” Artinya seorang berbuat salah, semua terbawa-bawa (terkena akibatnya).
“Seekor Kerbau Berlumpur Semuanya Berlabur.” Artinya seorang berbuat jahat, seluruh keluarganya beroleh nama yang buruk.
“Segala Senang Hati.” Artinya sangat senang.
“Segan (Malu) Mengayuh Perahu Hanyut.” Artinya kalau segan berusaha, akan mendapat susah nantinya.
“Segan Bergalah Hanyut Serantau.” Artinya jika tidak mau berusaha, (kita) akan mendapat bencana.
“Segar Dipakai, Layu Dibuang.” Artinya sesuatu yang dihargai hanya pada waktu baik (bagus) saja.
“Segenggam Digunungkan, Setitik Dilautkan.” Artinya sangat dihargai.
“Sehabis Kelahi Teringat Silat.” Artinya sesudah persoalan (pekerjaan) selesai, baru teringat cara yang baik untuk menyelesaikannya.
“Sehari Selembar Benang, Lama-Lama Jadi Sehelai Kain.” Artinya pekerjaan sulit yang dikerjakan dengan penuh kesabaran, lama-lama akan berhasil juga.
“Sehina Semalu.” Artinya seia sekata; senasib.
“Seidas Bagai Benang, Sebentuk Bagai Cincin.” Artinya dua orang yang sejodoh benar.
“Seikat Bagai Sirih, Serumpun Bagai Serai.” Artinya seia sekata; sehina semalu; bersama-sama menanggung untung dan rugi atau senang dan derita.
“Seiring Bertukar Jalan, Seia Bertukar Sebut.” Artinya berlainan pendapat (caranya) meskipun maksudnya sama.
“Sekali Merengkuh Dayung, Dua Tiga Pulang Terlampaui.” Artinya sekali melakukan suatu pekerjaan, beberapa maksud tercapai.
“Sekam Menjadi Hampa Berat.” Artinya tidak akan merugikan sedikit jua.
“Sekepal Menjadi Gunung, Setitik Menjadi Laut.” Artinya dari sedikit menjadi banyak; perkara yang kecil dibesar-besarkan.
“Sekerat Ular Sekerat Belut.” Artinya orang yang bermuka dua (ikut ke sana kemari).
“Sekudung Limbat, Sekudung Lintah.” Artinya tidak tetap pendiriannya.
“Sekutuk Beras Basah.” Artinya tidak ada gunanya.
“Seladang Bagai Panas di Padang.” Artinya suatu kejadian yang terjadi secara merata di mana-mana.
“Selam Air Dalam Tonggak.” Artinya amat sukar mengajuk hati orang.
“Selama Enggang Mengeram.” Artinya lama sekali.
“Selama Gagak Hitam, Selama Air Hilir.” Artinya selama-lamanya.
“Selama Hayat Dikandung Badan.” Artinya selama (masih) hidup.
“Selama Hujan Akan Panas Jua.” Artinya sehabis kesusahan, akhirnya akan datang juga waktu yang baik.
“Selama Sipatung Mandi.” Artinya sebentar sekali.
“Selangkas Betik Berbuah.” Artinya waktu yang singkat.
“Seliang Bagai Tebu, Serumpun Bagai Serai.” Artinya seia sekata; rukun.
“Seludang Menolakkan Mayang.” Artinya memperlihatkan atau kelihatan kecantikannya (isi hatinya, kesombongannya, dan sebagainya).
“Seluduk Sama Bungkuk.” Artinya (persahabatan yang) seia sekata, sehina semalu.
“Sembunyi Puyuh, Kepala Tersorok, Ekor Keliatan.” Artinya (1) menutupi perbuatan jahat yang telah diketahui orang; (2) sengaja tidak mau tahu akan perkara (bahaya dan sebagainya) yang sungguh (akan) terjadi.
“Sembunyi Tuma Kepala Tersuruk.” Artinya menutup-nutupi perbuatan jahat yang sudah diketahui orang.
“Semisal Udang Dalam Tangguk.” Artinya sedang dalam kesusahan (kesukaran).
“Semut Dipijak Tidak Mati, Gajah Diarung Bergelimpangan.” Artinya perihal cara berjalan seorang perempuan yang baik lagi teratur (tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat).
“Sendok Berdengar-dengar, Nasi Habis Budi Dapat.” Artinya karena pekerjaan dilakukan kurang hati-hati, akhirnya mendapat malu karena rahasia terbuka kepada orang lain.
“Sendok Besar Tak Mengenyang.” Artinya tidak ada buktinya.
“Sendok Dan Periuk Lagi Berantuk (Sendok Dengan Belanga Lagi Berlaga).” Artinya sahabat baik (suami istri dan sebagainya) adakalanya berselisih juga.
“Senjata Makan Tuan.” Artinya sesuatu yang direncanakan untuk mencelakakan orang lain, tetapi berbalik mengenai diri sendiri.
“Seorang ke Hilir Seorang ke Mudik.” Artinya tidak ada persesuaian perasaan dan pikiran antara laki bini, sahabat, dan sebagainya.
“Seorang Makan Cempedak, Semua Kena Getahnya.” Artinya seorang berbuat salah, semua dianggap bersalah juga.
“Seorang Makan Nangka, Semua Kena Getahnya.” Artinya seorang yang berbuat kesalahan demi memenuhi kesenangannya, tetapi orang lain turut menanggung akibatnya.
“Sepala-Pala Mandi Biarlah Basah.” Artinya mengerjakan sesuatu janganlah tanggung-tanggung.
“Sepandai-Pandai Bungkus yang Busuk Berbau Juga.” Artinya perbuatan yang salah, meskipun dirahasiakan, lama-lama akan ketahuan juga.
“Sepandai-Pandai Tupai Meloncat, Jatuh Juga.” Artinya sepandai-pandai seseorang, ada kalanya berbuat salah (keliru) juga.
“Sepanjang Tali Beruk.” Artinya terlalu panjang sehingga membosankan (tentang pidato, doa yang panjang).
“Sepasin Dapat Bersiang.” Artinya mendapat keuntungan tidak dengan sengaja.
“Sepenggalah Matahari Naik.” Artinya alamat waktu, kira-kira pukul 08.00 atau 09.00.
“Seperti Abu di Atas Tanggul.” Artinya tidak tetap kedudukannya (sewaktu-waktu dapat dipecat dan sebagainya).
“Seperti Air Basuh Tangan.” Artinya sesuatu yang mudah didapat.
“Seperti Anjing Bercawat Ekor.” Artinya pergi atau menghindar karena malu dan sebagainya.
“Seperti Anjing Terpanggang Ekor.” Artinya mendapat kesusahan yang amat sangat sehingga tidak keruan tingkah lakunya: (seperti) disalak (seperti) anjing terpanggang ekor bertuah, Peribahasa tidak dapat bertangguh lagi.
“Seperti Antan Pencungkil Duri.” Artinya pekerjaan atau usaha yang sia-sia.
“Seperti Api Dalam Sekam.” Artinya hal-hal tidak baik yang tidak tampak.
“Seperti Ayam Pulang ke Pautan.” Artinya sudah pada tempatnya.
“Seperti Batang Mengkudu, Dahulu Buah Dari Bunga.” Artinya perihal orang yang mau lekas marah sebelum diketahui benar kesalahan orang yang hendak dimarahinya itu.
“Seperti Belanda Kesiangan.” Artinya orang yang meniru-niru sikap Belanda (pada zaman penjajahan).
“Seperti Belanda Minta Tanah.” Artinya apabila seseorang diberi sedikit, ia mengajukan lebih banyak lagi.
“Seperti Belut Pulang ke Lumpur.” Artinya kembali ke tempat yang diinginkan (disenangi).
“Seperti Beranak Besar Hidung.” Artinya perihal seseorang yang sebentar-sebentar menengok atau memperlihatkan barang yang baru diperolehnya.
“Seperti Bertih Direndang.” Artinya berdetusan tidak henti-hentinya (bunyi senapan dan sebagainya).
“Seperti Biji Saga Rambat di Atas Talam.” Artinya tidak berpendirian tetap; selalu berubah.
“Seperti Birah Dengan Keladi.” Artinya hampir sama.
“Seperti Birah Tidak Berurat.” Artinya sangat malas (sebentar-sebentar berbaring dan sebagainya).
“Seperti Birah Tumbuh di Tepi Lesung.” Artinya lekas subur (besar).
“Seperti Bisai Makan Sepinggan.” Artinya berpatutan (sesuai) benar.
“Seperti Buah Bemban Masak.” Artinya air mata yang jatuh berderai-derai.
“Seperti Buah Kedempung, di Luar Berisi di Dalam Kosong.” Artinya orang yang sombong (banyak cakap), padahal tidak ada kelebihannya.
“Seperti Bujuk Lepas dari Bubu.” Artinya menghilang cepat setelah lepas dari bahaya.
“Seperti Buku Gaharu.” Artinya baru memperlihatkan keunggulannya apabila perlu.
“Seperti Bulan Kesiangan.” Artinya muka yang sangat pucat.
“Seperti Burung Gagak Pulang ke Benua.” Artinya keadaan dan sifatnya tetap saja meskipun telah jauh merantau.
“Seperti Cacing Kepanasan.” Artinya tidak tenang, selalu gelisah (karena susah, malu).
“Seperti Cembul Dengan Tutupnya (Dapat Tutupnya).” Artinya cocok sekali; sesuai benar.
“Seperti Cina Karam.” Artinya riuh rendah; hiruk-pikuk.
“Seperti Cincin Dengan Permata.” Artinya cocok sekali.
“Seperti Ditempuh Gajah Lalu.” Artinya suatu hal yang tidak dapat ditutup-tutupi (disembunyikan).
“Seperti Elang Menyongsong Angin.” Artinya tidak gentar menghadapi musuh.
“Seperti Embun di Atas Daun.” Artinya selalu berubah (tentang niat, maksud).
“Seperti Embun di Ujung Rumput.” Artinya lekas hilang (tentang cinta kasih dan sebagainya).
“Seperti Gadis Jolong Bersubang, Bujang Jolong Bekerja.” Artinya sangat berlagak (sombong).
“Seperti Gadis Sudah Berlaki.” Artinya anak perawan yang tingkah lakunya kurang baik (pemalas, pengotor, dan sebagainya).
“Seperti Gajah Dengan Sengkelanya.” Artinya sesuatu yang menyusahkan.
“Seperti Gajah Masuk Kampung.” Artinya orang yang berkuasa dapat berbuat sekehendak hati di dalam lingkungan orang yang lemah.
“Seperti Gergaji Dua Mata.” Artinya memperoleh keuntungan dari dua belah pihak.
“Seperti Gerundang yang Kekeringan.” Artinya orang yang mendapat kesukaran dan tidak ada yang menolongnya.
“Seperti Gerup Dengan Sisir.” Artinya menunjukkan hubungan yang rapat sekali, seolah-olah tidak dapat bercerai.
“Seperti Gula Dalam Mulut.” Artinya pekerjaan yang sangat mudah; sesuatu yang sudah dikuasai.
“Seperti Gunting Makan di Ujung.” Artinya perlahan-lahan (diam-diam tidak kentara), tetapi mengena atau tercapai apa yang dimaksudkan; seperti gunting makan di ujung behel gunting besar pemotong kawat dan sebagainya: mereka membawa peralatan kebun berupa seperti gunting makan di ujung behel dan sebagainya.
“Seperti Harimau Menyembunyikan Kuku.” Artinya (ungkapan untuk) orang yang menyembunyikan kepandaiannya dan sebagainya.
“Seperti Ikan Baung Dekat Pemandian.” Artinya amat rakus (segala sesuatu yang ada dimakan).
“Seperti Ikan Dalam Air.” Artinya senang sekali.
“Seperti Ikan Dalam Belat.” Artinya tidak dapat melepaskan diri lagi (dari tangan musuh).
“Seperti Ikan Dalam Tebat.” Artinya rezeki yang sudah hampir dalam tangan.
“Seperti Ikan Kena Tuba.” Artinya bingung tidak keruan atau sudah tidak berdaya lagi.
“Seperti Itik Mendengar Guntur.” Artinya mengharap-kan peruntungan dan sebagainya yang tidak tentu datangnya.
“Seperti Janggut Pulang ke Dagu.” Artinya sudah pada tempatnya.
“Seperti Kambing Dikupas Hidup-Hidup.” Artinya menderita takut (sakit dan sebagainya) yang amat sangat.
“Seperti Kambing Putus Tali.” Artinya lekas atau cepat pergi dan sebagainya.
“Seperti Kapak Naik Pemidangan (Peminangan).” Artinya (1) tidak pada tempatnya; (2) kurang cukup alat atau kepandaiannya dalam mengerjakan sesuatu.
“Seperti Katak di Bawah Tempurung.” Artinya sangat picik pengetahuannya; kurang luas pandangannya.
“Seperti Katak Ditimpa Kemarau.” Artinya berkeluh kesah tidak keruan (hiruk-pikuk dan sebagainya) ; sangat gaduh.
“Seperti Kedangkan Dengan Caping.” Artinya orang-orang yang akrab dan suka tolong-menolong.
“Seperti Kelekatu Masuk Api.” Artinya tidak memedulikan bahaya maut.
“Seperti Kepiting Tidak Tahu Bungkuknya (Sebagai Udang Tak Tahu Bungkuknya).” Artinya orang yang tidak tahu akan cacatnya, tidak sadar akan kebodohan dan kekurangannya.
“Seperti Kera Dapat Bunga.” Artinya tiada dapat menghargai keindahan (jasa, nilai, dan sebagainya).
“Seperti Kera Dengan Monyet.” Artinya setali tiga uang, jadi sama saja.
“Seperti Kera Mendapat Bunga (Seperti Kera Diberi Kaca).” Artinya mendapat sesuatu yang tidak dapat mempergunakannya.
“Seperti Kerbau Dicocok Hidung.” Artinya selalu menurut saja karena kebodohannya.
“Seperti Keroncor Dengan Belangkas.” Artinya sangat karib (tentang persahabatan).
“Seperti Ketiak Ular, Panjang Lanjut.” Artinya tidak berketentuan (baik buruknya).
“Seperti Kodok Ditimpa Kemarau.” Artinya berkeluh kesah tidak keruan.
“Seperti Kucing Dibawakan Lidi.” Artinya sangat takut.
“Seperti Kuda Lepas dari Pingitan.” Artinya sangat girang karena dapat bebas (lepas) dari kungkungan.
“Seperti Labu Dibenam.” Artinya sangat congkak.
“Seperti Lampu Kekurangan Minyak.” Artinya perihal seseorang yang hidupnya sangat melarat; perihal seseorang yang penyakitnya sudah sangat parah (sudah hampir mati).
“Seperti Lebah, Mulut Membawa Madu, Pantat Membawa Sengat.” Artinya orang yang manis tutur katanya, tetapi berbahaya (jahat).
“Seperti Lepat Dengan Daun.” Artinya tidak dapat berpisah antara satu dan yang lain.
“Seperti Lipas Kudung.” Artinya (1) selalu bergerak (tentang tangan dan sebagainya); (2) selalu dalam keadaan sibuk.
“Seperti Lonjak Alu Penumbuk Padi.” Artinya berjalan dengan langkah yang gagah, tetapi sombong.
“Seperti Mayat Ditegakkan.” Artinya berbadan kurus dan bermuka pucat.
“Seperti Melukut di Tepi Gantang.” Artinya tidak dapat berbuat apa-apa.
“Seperti Memegang Tali Layang-Layang.” Artinya orang berkuasa (kaya) yang dapat berbuat sekehendak hatinya terhadap orang lemah.
“Seperti Menangkap Ikan Dalam Belanga.” Artinya sesuatu yang sudah pasti akan didapat.
“Seperti Menanti Orang Dahulu, Mengejar Orang Kemudian.” Artinya perbuatan yang sia-sia.
“Seperti Menating Minyak Penuh.” Artinya memperlakukan dengan sangat hati-hati (penuh kesayangan dan sebagainya).
“Seperti Menepung Tiada Berberas.” Artinya banyak cakap, tidak berisi.
“Seperti Menghilang Manau.” Artinya perbuatan yang sukar dilaksanakan; sukar sekali.
“Seperti Misai Pulang ke Bibir.” Artinya pulang ke asalnya; sudah pada tempatnya.
“Seperti Orang Kecabaian.” Artinya sangat gelisah (tidak tenang duduknya dan sebagainya).
“Seperti Orang Mati, Jika Tiada Orang Mengangkat Bila Akan Bergerak.” Artinya seseorang yang daif yang tidak mempunyai daya upaya, jika tiada orang menolongnya niscaya akan semakin susah.
“Seperti Panji-panji, Ditiup Angin Berkibar-kibaran.” Artinya tidak tetap pendirian, ikut pihak yang kuat.
“Seperti Parang Bermata Dua.” Artinya mendapat keuntungan dari kedua belah pihak.
“Seperti Pikat Kehilangan Mata.” Artinya bingung tidak keruan; kehilangan akal.
“Seperti Pinang Dibelah Dua.” Artinya (dua orang yang) serupa benar.
“Seperti Pinang Pulang ke Tampuknya.” Artinya sudah pada tempatnya; sudah cocok.
“Seperti Pinggan Dengan Mangkuk Salah Sedikit Hendak Berantuk.” Artinya perselisihan antara suami istri atau kaum keluarga merupakan hal yang biasa.
“Seperti Pipit Menelan Jagung.” Artinya hendak menyama-nyamai orang yang tinggi pangkatnya (martabatnya dan sebagainya).
“Seperti Polong Kena Sembur.” Artinya berlari cepat-cepat karena ketakutan dan sebagainya.
“Seperti Pungguk Merindukan Bulan.” Artinya seseorang yang merindukan kekasihnya, tetapi cintanya tidak terbalas.
“Seperti Rabuk Dengan Api.” Artinya (1) mudah terbakar; (2) kiasan, mudah terjadi hal yang kurang baik kalau didekatkan (seperti gadis berdekatan dengan bujang).
“Seperti Rusa Kena Tambat.” Artinya selalu gelisah (tidak tetap kedudukannya).
“Seperti Rusa Masuk Kampung.” Artinya tercengang-cengang keheranan.
“Seperti Santan Dengan Tengguli.” Artinya cocok benar; kena benar.
“Seperti Sayur Dengan Rumput.” Artinya banyak bedanya; berlainan benar.
“Seperti Sebuah Biji Sesat Dalam Rumput.” Artinya (1) orang yang hina tidak kelihatan oleh orang; (2) sesuatu yang kecil.
“Seperti Sengkalan Tak Sudah.” Artinya buruk sekali (rupa dll).
“Seperti Siang Dengan Malam.” Artinya jauh (banyak) bedanya.
“Seperti Tikus Jatuh di Beras.” Artinya ibarat orang yang mendapat pekerjaan yang menguntungkan dan tidak ingin meninggalkan pekerjaan itu lagi.
“Seperti Tikus Masuk Perangkap.” Artinya orang yang sudah kehilangan akal; amat gelisah.
“Seperti Tikus Masuk Rumah.” Artinya orang yang kecewa karena tidak terpenuhi harapannya.
“Seperti Toman Makan Anak.” Artinya orang yang berbuat cabul (sumbang).
“Seperti Ular Kena Bedal (Palu).” Artinya tidak tenang (karena marah dan sebagainya).
“Seperti Ular Mengutik-Ngutik Ekor.” Artinya bergerak terus dengan gelisah (karena marah dan sebagainya).
“Sepesan Anak Beranak, Anaknya Beranak (Menggigit) Pula.” Artinya cepat sekali berkembang biak (bertambah banyak).
“Serigala Berbulu Domba.” Artinya orang yang kelihatannya bodoh dan penurut, tetapi sebenarnya kejam, jahat, dan curang.
“Serigala Dengan Anggur.” Artinya sikap seseorang yang mencela sesuatu yang sangat diingininya dan berusaha memerolehnya, tetapi gagal.
“Serumpun Bagai Serai, Selubang Bagai Tebu.” Artinya bersatu hati-hati dalam segala hal.
“Sesak Bagai Ular Tidur.” Artinya seseorang yang disesakkan, seperti ditagih utang berulang-ulang.
“Sesak Berundur-undur, Hendak Lari Malu, Hendak Menghambat Tak Lalu.” Artinya sudah tidak dapat melawan, tetapi pura-pura masih sanggup bertahan.
“Sesak Padang ke Rimba (Ke Tebing).” Artinya sudah habis akal (tidak berdaya lagi).
“Sesak Undang Kepada yang Runcing, Tiada Dapat Bertenggang Lagi.” Artinya habis akal budi (bicara); habis ikhtiar sehingga tidak dapat berupaya lagi.
“Sesal Dahulu Pendapatan, Sesal Kemudian Tak Berguna.” Artinya pikir dulu masak-masak (baik-baik) sebelum berbuat sesuatu (agar tidak menyesal kelak).
“Sesal Dahulu yang Bertuah, Sesal Kemudian yang Celaka.” Artinya setiap perbuatan hendaklah ditimbang masak-masak agar tidak menyesal.
“Sesat Surut, Terlangkah Kembali.” Artinya memperbaiki kesalahan yang telah dibuat.
“Setali Tiga Uang.” Artinya sama saja.
“Setapak Jangan Lalu, Setapak Jangan Surut.” Artinya pendirian harus kuat.
“Setempuh Lalu, Sebondong Surut.” Artinya tetap bersatu hati.
“Setinggi-Tinggi Bangau Terbang, Akhirnya ke Pelimbahan Juga.” Artinya sejauh-jauh orang merantau, akhirnya kembali ke tempat asalnya (kampung halamannya) juga.
“Setinggi-tinggi Melambung, Surutnya ke Tanah Juga.” Artinya biar ke mana pun perginya, akhirnya pulang ke kampung halaman juga.
“Seukur Mata Dengan Telinga.” Artinya seturut penglihatan dan pendengaran.
“Si Cebol Hendak Mencapai Bulan (Bintang).” Artinya menghendaki sesuatu yang mustahil tercapai.
“Siang Bernapas, Malam Berembun.” Artinya sangat miskin (tidak punya rumah).
“Siapa Berkotek, Siapa Bertelur.” Artinya siapa yang bersuara terdahulu, biasanya dialah yang berbuat.
“Siapa Lama Tahan, Menang.” Artinya apabila bekerja dengan tekun dan rajin, tidak tergesa-gesa, lama-kelamaan kerja yang sulit sekali pun akan selesai juga dengan baik.
“Siapa Luka Siapa Menyiuk, Siapa Sakit Siapa Mengaduh.” Artinya yang merasa tersindir, dialah yang berbuat sesuatu sebagai yang disindirkan itu.
“Siapa Makan Lada, Dialah Terasa Pedas.” Artinya barang siapa yang bersalah akan merasa tersinggung (oleh sindiran dan sebagainya).
“Siapa Melejang Siap Patah.” Artinya siapa yang bersikeras hendak beroleh barang (pekerjaan), dialah yang harus menderita rugi (kesukaran dan sebagainya).
“Siapa Menjala, Siapa Terjun.” Artinya siapa yang menginginkan sesuatu harus berusaha.
“Siapa Menyuruk.” Artinya orang yang berkeras hendak berbuat sesuatu, dialah harus menanggung kesukarannya (kerugiannya dan sebagainya) ; pekerjaan yang terburu-buru itu kelak merugikan juga.
“Siapa Pun Jadi Raja, Tanganku Ke Dahi Juga.” Artinya siapa pun berkuasa aku tetap menghormatinya.
“Siapa yang Gatal, Dialah yang Menggaruk.” Artinya orang yang berkehendak (ingin), dialah yang harus berbuat sendiri; siapa yg gatal melejang, siapa yg gatal patah (siapa yg gatal melalah, siapa yg gatal patah.
“Siapa yang Makan Cabai, Dialah yang Merasa Pedas.” Artinya (1) siapa yang berbuat kurang baik akan merasakan akibatnya; (2) siapa yang merasa tersindir berarti telah berbuat seperti yang disindirkan itu.
“Siar Bakar Berpuntung Suluh.” Artinya suatu perkara boleh diputuskan sesudah cukup bukti-bukti dan keterangannya.
“Sia-Sia Menjaring Angin, Terasa Ada Tertangkap Tidak.” Artinya jangan mengharapkan yang bukan-bukan karena akan mengecewakan saja.
“Sia-Sia Utang Tumbuh.” Artinya pekerjaan yang dilakukan tidak hati-hati dan tidak rapi penjagaannya sehingga menimbulkan kerugian.
“Sigai Dua Segeragai.” Artinya suatu perkara yang bersangkut paut dengan perkara yang lain.
“Sigai Sampai ke Langit.” Artinya suatu perkara diselidiki secara tuntas; diselidiki (diusut) sebaik-baiknya.
“Silap Mata Pecah Kepala.” Artinya kalau kurang penjagaan dalam suatu pekerjaan yang berbahaya, binasalah akhirnya.
“Singkap Daun Ambil Isi (Buah).” Artinya (berkata) dengan terus terang.
“Singkat Diulas Panjang Dikerat.” Artinya mana-mana yang kurang ditambah, sedangkan yang lebih dikurangi (yang kurang baik diperbaiki).
“Singkat Tidak Terluas, Panjang Tidak Terkerat.” Artinya tiap-tiap orang akan mati apabila telah sampai ajalnya.
“Siput Memuji Buntut.” Artinya memuji diri sendiri; siput memuji buntut akik jenis karang, Helix richmondia.
“Sirih Naik Junjungan Patah.” Artinya baru hendak naik derajat kehidupannya sudah mendapat kesusahan.
“Sirih Pulang ke Gagang, Pinang Pulang ke Tampuk.” Artinya sudah pada tempatnya; kembali seperti semula.
“Sokong Membawa Rebah.” Artinya orang kepercayaan yang merusakkan sesuatu yang dipercayakan (diamanatkan) kepadanya.
“Suarang Ditagih, Sekutu Dibelah.” Artinya harta milik bersama atau persekutuan dibagi sebagaimana mestinya apabila suami istri atau orang berekanan bercerai atau berpisah.
“Suaranya Seperti Membelah Betung.” Artinya suaranya tidak enak pada pendengaran (karena terlalu kuat dan sebagainya).
“Subur Karena Dipupuk, Besar Karena Diambak; (Besar Diambak, Tinggi di Anjung).” Artinya orang besar atau tinggi kedudukannya karena dimuliakan oleh anak buahnya atau pengikutnya.
“Sudah Arang-Arang Hendak Minyak Pula.” Artinya sesudah dicemarkan nama seseorang, hendak bermanis-manis pula kepada orang itu.
“Sudah Basah Kehujanan.” Artinya mendapat kemalangan ganda.
“Sudah Bertarah, Berdongkol Pula.” Artinya sesudah perkara yang satu dibereskan, timbul lagi perkara yang lain.
“Sudah Beruban Baru Berguam.” Artinya dikatakan kepada orang tua yang tingkah lakunya seperti orang muda.
“Sudah Biasa Makan Emping.” Artinya sudah banyak berpengalaman.
“Sudah Biasa Makan Kerak.” Artinya sudah biasa mengalami kesukaran.
“Sudah Dapat Gading Bertuah, Tanduk Tiada Berguna Lagi.” Artinya setelah mendapatkan yang lebih baik, yang kurang baik ditinggalkan.
“Sudah di Depan Mata.” Artinya sudah dekat (hampir datang).
“Sudah Diheban Dihela Pula.” Artinya menderita berbagai kecelakaan terus-menerus.
“Sudah Dikecek, Dikecong Pula.” Artinya dua kali tertipu.
“Sudah Gaharu Cendana Pula (Sudah Tahu Bertanya Pula).” Artinya pura-pura tidak tahu.
“Sudah Genap Bilangannya.” Artinya sudah sampai ajalnya.
“Sudah Jatuh Ditimpa Tangga.” Artinya mendapat kesusahan (kecelakaan) secara berturut-turut.
“Sudah Kenyang Makan Kerak.” Artinya sudah banyak pengalaman.
“Sudah Lulus Maka Hendak Melantai.” Artinya sudah celaka baru ingat.
“Sudah Makan, Bismillah.” Artinya suatu pekerjaan atau rundingan yang dilakukan terbalik, jadi tidak mengikuti aturan.
“Sudah Masuk Angin.” Artinya perihal suatu perkara yang sudah dicampuri orang lain sehingga tidak benar lagi.
“Sudah Mati Kutunya.” Artinya sudah hilang kekuatannya; tidak berbuat apa-apa lagi; celah.
“Sudah Mengilang Membajak Pula.” Artinya tidak henti-hentinya bekerja (menderita kesusahan dan sebagainya).
“Sudah Panas Berbaju Pula.” Artinya orang yang sedang dalam keadaan susah bertambah susah karena peristiwa yang menimpanya.
“Sudah Panjang Langkahnya.” Artinya sudah meninggal.
“Sudah Seasam Segaramnya.” Artinya sudah baik benar (tidak ada celanya).
“Sudah Tahu Peria Pahit.” Artinya penyesalan yang sia-sia saja (sebab sudah tahu kurang baik, tetapi diperbuat juga).
“Sudah Terantuk Baru Tengadah.” Artinya sesudah merugi (menderita kecelakaan) baru sadar.
“Sudah Terlalu Hilir Malam, Apa Hendak Dikata Lagi.” Artinya perbuatan salah yang terlanjur.
“Sudah Tidak Sudu Oleh Angsa.” Artinya orang kecil hanya beroleh apa-apa yang tidak dapat digunakan oleh orang besar.
“Sudu-Sudu di Tepi Jalan Dipanjat Kena Durinya.” Artinya Berasal dari bahasa Minangkabau orang yang tidak dapat dikalahkan.
“Sukar Kaji Pada Orang Alim, Sukar Uang Pada Orang Kaya.” Artinya orang pandai biasanya baru mau memutuskan suatu persoalan apabila sudah dipertimbangkan dalam-dalam; orang kaya baru mau mengeluarkan uang kalau ada untungnya.
“Sukat Air Menjadi Batu.” Artinya tidak mungkin.
“Sukat Penuh Sudah.” Artinya sudah habis kesabaran.
“Sukatannya sudah penuh.” Artinya sudah sampai ajalnya.
“Suku Tak Boleh Dianjak, Malu Tak Boleh Ditagih.” Artinya orang yang sekaum harus sehina semalu (hina seorang hina semuanya, malu seorang malu semuanya).
“Sumur Digali Air Terbit.” Artinya beroleh sesuatu lebih daripada yang diharapkan.
“Sungai Sambil Mandi.” Artinya sekali bekerja dua tiga pekerjaan terselesaikan.
“Sungguh pun Kawat yang Dibentuk, Ikan di Laut yang Diadang.” Artinya sungguhpun tampaknya tidak ada suatu maksud, tetapi ada juga yang dituju.
“Surat Atas Batu.” Artinya adat yang terpakai selamanya.
“Surih Bak Sepasin.” Artinya kejahatan yang telah ada buktinya yang sah.
“Suruk di Balik, Lalang Sehelai.” Artinya menyembunyikan sesuatu yang mudah atau sudah diketahui orang.
“Suruk Hilang-Hilang.” Artinya menyembunyikan suatu kehendak sesempurna-sempurnanya.
“Sutan di Mata Beraja di Hati.” Artinya orang yang suka berbuat sesuka hati dan sewenang-wenang.
“Syariat Palu-Memalu, Hakikat Balas-Membalas.” Artinya baik dibalas dengan baik, jahat dibalas dengan jahat.
***
Kumpulan Peribahasa Indonesia (klik pada huruf untuk memilih huruf awal peribahasa)
A, B, C, D, E, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, R, S, T, U, Y, Z
- 60+ Inspirasi Bio IG Coffee Shop di Indonesia, Bisa Jadi Acuan Kamu - December 23, 2024
- 350+ Kosakata Bahasa Jepang ke Indonesia Sehari-hari, Dasar Tapi Penting - December 22, 2024
- Peta Jalan Tol Jawa Lengkap dengan Rest Area, Informatif! - December 21, 2024